IWB maklum kenapa tarikan bawah Ninja 150
kurang nampol dibandingkan kuda besi 2 tak generasi lawas. Kalau IWB
analisa, pabrikan tidak hanya memikirkan kencang semata. Melainkan lebih
kepada mileage atau fuel consumption. Selain itu…pengaplikasian CC pada
knalpot juga menjadi penyumbang terbesar tersumbatnya power.
Engineering Kawasaki menerapkan teknologi SKIPS untuk membantu kendaraan
tetap irit jika dipakai dalam level economic zone. Efeknya? lemah pada
putaran bawah dan baru garang ketika mesin teriak…
Tidak seperti metode top up, IWB hanya
mengandalkan ilmu “Rest” pada tanki. Kenapa hal ini dilakukan? sebab
sininin belum pernah diisi hingga full tank. 20 ribu rupiah premium
dengan asumsi sekitar 4,44liter menjadi makanan sehari-hari sikuda besi.
Pengisian selalu dalam kondisi pasca”Rest”. Motor dipakai harian dengan
jarak sekitar 70km (PP) Depok-Jakarta Pusat….kondisi rute bervariasi.
Cuaca panas, dingin, macet…lancar dilahap tanpa ada kendala. Berikut
hasilnya….
Bensin endut-endutan minta diputar posisi
“rest” dua hari setelah pengisian (tiba dirumah). Maka kalau kita
hitung kotor…140km (70km x 2 hari) dibagi 4,4 menghasilkan angka 31,5km.
Cukup mencengangkan. Itu belum termasuk ketika IWB gunakan wira-wiri
mengantarkan anak kesekolah. Yah…dekat sih memang, cuma tetap
membutuhkan bensin to. Namun karena pengukuran hanya sekedarnya, IWB
cukup katakan 30an kilometer. So…kabar komsumsi bensin Ninja 150L
berkisar 1:30?? ternyata bukan isapan jempol belaka. Monggo dibuktikan
saja kalau tidak percaya…(iwb)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar